Mungkin pagi ini saya bisa dijuluki mendapat petaka... Rencana ikut kajian jam 06.00 dan berangkat jam 05.40, pada realitanya jam 05.35 tertidur pulas hingga pukul 06.45.. Ckckck.. Astag'firullahal'adzim..
Jadilah saya menggalau dengan gedang-gedang yang siap membusuk. Haha.. Yuph, Mama memang selalu membeli bahan makanan banyak, namun karena kesibukan di kantor sering kali bahan-bahan makanan ini hanya menjadi perawan busuk.. Haha.. Selain gedang, bahan yang dibutuhkan adalah coklat, coklat ini pun sisa dari bahan praktek adek saya yang sekolah di tata boga..
Baiklah, mari kita bahas filosofi dari nama gedang kali.. Mengapa gedang kali? Alasannya ada tiga, karena cara pembuatannya tidak karuan.. Mulai dari bahan yang siap membusuk tidak karuan dan Coklat yang seharusnya dapat meleleh dengan indahnya justru mengembun kemudian teksturnya seperti air kali.. Yeeeaahhhaaa.. Kedua karena rasanya tidak karuan, dan yang terakhir karena yang membuat bukan cheff handal atau seorang ibu rumah tangga dengan talenta provesional.. Khekekeke.. Tapi sosok mahasiswa yang galau dan tidak karuan.. Nah, tahu kan gedang yang ada di kali (red,- kotoran manusia), rasanya bagaimana? Proses terjadinya bagaimana? Dan orang yang melihatnya pun menjadi seperti apa? Jawabannya kurang lebih adalah "Tidak Karuan" hegagaga..
Berhati-hatilah pada Gedang Kali!!!
Ketika detik-detik pelahapan.. Dampak yang muncul adalah menambahnya kerutan di wajah.. Hal ini disebabkan adanya proses pengidentifikasian rasa yang tidak karuan.. Kedua gigi akan lengket-lengket akibat coklat yang gagal meleleh.. Ketiga seperti salah satu take scene di film anime "Ratatoulille", di mana sang kritikus mengenang masa kecilnya bersama Mama ketika mengawali sesuap ratatoulille.. haha.. Itulah yang dialami teman saya ketika mengakhiri sesuap gedang kali.. Dia teringat masa kecilnya ketika meminum obat rasa jeruk.. haha.. END
Mau gedang kali?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar