Senin, 25 Juni 2012

Kehidupan . . Hidup . . Penghidupan . . Terhidupkan . . Menghidupkan . .
Kematian . . Mati . . Pematian . . Termatikan . . Mematikan . .
Hidup dan mati . . Dua keadaan yang pasti kita alami . . Kapan? Pertanyaan ini yang selalu muncul di pikiran saya. Sebelumnya, ada tanda tanya lain di kepala. Dari mana saya? Siapa saya? Untuk apa ada saya? Lalu esok mau ke mana? Setelah mati ada apa? Ouh stop . . But . . Tolong bantu menjawab. .
  1. Kapan? (misteri/dapat kita tentukan? Seperti kita bunuh diri? Tapi apakah detik dan hari sebelumnya kita tahu bahwa detik itu kita akan bunuh diri?)
  2. Dari mana kita? (Dari hasil perbuatan manusia, apakah hanya itu? Bagaimana dengan keguguran? Mengapa bisa terjadi, sedang sang Ibu tak melakukan segala sesuatu yang membahayakan si janin? Ya, menurut hasil penelitian dan penemuan, kita berawal dari air mani, air yang menjijikan yang seharusnya dibuang dan tanpa sel telur dari ibu dia tak ada gunanya, namun ketika bertemu dengan sel telur, bagaimana bisa dia melakukan step-step pembentukan janin? Apakah ada sistem komputer di antara sel telur dan sperma, sehingga proyek pembuatan janin tersebut dapat berjalan dengan lancar tanpa koordinasi dari kita? Mengapa kita tidak merasakan sesuatu atau ikut berpikir ketika sperma dan sel telur tersebut sedang mendesign janin? Mengapa mereka dapat berjalan sendiri?)
  3. Siapa kita? (Manusia, ya manusia sendiri apa? Kombinasi antara jasad dan roh . . Lalu apa perbedaan saya dengan tumbuhan atau binatang lain? akal. Untuk apa akal? Untuk membumi hanguskan alam kah? Mungkin kah kita bisa? Mengapa membumi hanguskan alam, sedang kita sendiri butuh alam? Apakah kita bosan dengan alam?)
  4. Untuk apa saya ada di bumi? (Banyak manusia-manusia lain yang jauh lebih pandai/bodoh untuk memimpin negara ini, banyak manusia-manusia pandai/bodoh untuk merusak alam semsta ini . . Lalu apa guna saya, seorang individu kecil dan sangat-sangat kecil, lemah, renta, tak berdaya? Masih ada kah yang dapat saya kerjakan?)
  5. Esok mau ke mana? (Hari ini saya hanya pergi ke kampus, esok saya juga ke kampus, terus sepanjang hari, tapi apa iya besok saya masih hidup? Bila esok saya mati, apa guna ke kampus, yang pada umumnya untuk mencari pekerjaan, sedang saya esok akan mati sebelum mendapat pekerjaan? Apa guna ke kampus, yang pada umumnya untuk mendapatkan nilai, sedang esok saya masih UAS dan penilaian masih beberapa hari lagi?)
  6. Setelah mati ada apa? ( Apakah tidak ada hal lain selain tidur panjang? Apakah hal ini adil? Ibaratnya sebuah seminar, di mana peserta ada yang pro dan ada yang kontra, namun tiba-tiba fasilitator mencukupkan seminar tersebut di saat pihak kontra belum berargumen, apakah adil? Dimensi apa yang akan saya jalani berikutnya setelah mati? Reinkarnasi kah? Yang terus dan terus tak berujung atau memiliki ujung dengan menjadi Tuhan? Apakah bisa? Bagaimana bukti-bukti yag telah terkuak saat ini?)
*Kontemplasi to be continued

Selasa, 12 Juni 2012


Terlalu dangkal ketika kau marah dengan seseorang tanpa tahu kondisi detail orang tersebut. Suatu kisah tentang Petani yang memiliki bayi dan peliharaan tupai. Seperti rutinitas biasanya, petani berpamitan pergi ke ladang dan menitipkan bayinya pada sang tupai. Tupai yang amanah pun menjaga bayi petani dengan penuh kasih sayang. Lalu datanglah seekor macan yang hendak menerkam si bayi. Menyadari hal itu si tupai segera melindungi bayi petani. Dengan berbagai perlawanan si tupai tergigit taring macan, tercakar kuku macan, hingga darah pun berderai-derai di tubuh tupai, tupai pun tak berdaya lagi untuk menjaga si bayi. Kemudian si macan dengan ganasnya menerkam si bayi. Bayi pun mati.
Hari menjelang malam, petani pulang dari ladang. Betapa terkejutnya melihat tubuh bayi yang mati penuh darah di samping tupai yang sedang membersihkan tubuhnya dari noktah-noktah darah. Amarah petani pun meluap-luap dan ingin membalas si tupai yang dianggap telah membunuh si bayi, dengan membawa golok, petani berusaha membunuh si tupai. Si tupai dengan tubuhnya yang limbung berusaha menghindar dan menjelaaskan bahwa yang membunuh bukan dirinya. Namun si Petani tak percaya sebab telah ada bukti darah di tubuh tupai. Di akhir cerita si tupai pun mati dibunuh petani.
Setelah membunuh tupai, si petani hendak mengubur bayinya dan membuang bangkai tupai. Beberapa langkah dari rumah ia bertemu dengan macan yang membawa potongan tangan si bayi dan di tubuhnya juga terdapat noktah-noktah darah. Barulah si Petani sadar bahwa tupai tak bersalah.
Bagaimana?
Grave diatas cukup signifikan bukan, untuk menggambarkan betapa pentingnya kesabaran. Karena jika sedikit saja salah menilai kita bisa membunuh seseorang yang tak berdosa. Atau mulut mu harimau mu.

Jumat, 08 Juni 2012

Malam ini terdengar isakan tangis . . Isakan tangis dari seorang yang merasa teraniaya selama hidupnya. Ini kali pertama ia menangis di hadapan ku. Mungkin malam ini adalah malam puncak hasrat hidupnya. Dan esok pagi ia tak punya keinginan untuk merasakan segala sesuatu terkhusus cinta.
Peristiwa kontras terjadi beberapa hari lalu, teman saya berdoa agar segera menikah. Lalu teman yang lain pun mengamininya dan ikut berdoa agar segera menikah juga. Tapi ada beberapa teman yang menyangga, "Iih, kug nikah muda. . Cari kerja dulu lah . ." Yang lain pun menambahkan, "Lebih baik nikah, dari pada pacaran." Lalu hening dan tiba-tiba syaraf otak saya mengencang dan berputar-putar menyongsong lamunan panjang. Karena pusing, saya putuskan untuk berpamitan dengan teman-teman dan berjabat tangan. Namun satu dari teman saya bertanya, "Gapety kapan nikah?" Saya pun menjawab, "Saya tidak menikah. Hahaha . . Dosa ya?" Beberapa teman yang mungkin kaget hanya terdiam. Sedang teman yang sudah peka reflek mengamini. (Aamiin)
Cinta . .
Mungkin itu entry point-nya . .
Sulit mendefinisikan cinta . . Dan saya salut dengan para filsuf yang mampu mendefinisikan cinta dengan berbagai ekspresi, baik film, musik, drama, lukisan, puisi, hingga kalimat gombal.
Apakah cinta itu indah? Apakah cinta itu buruk? Kenapa harus ada cinta?
Kita tahu cinta bisa menstimulan orang untuk bahagia. Cinta juga bisa merangsang orang untuk berduka. Apa cinta itu? Mungkinkah cinta itu untuk berinteraksi dengan orang? Adanya sebuah kepentingan ekonomi, dan politik dapat menjadi motive seseorang untuk berinteraksi. Jadi apa guna cinta itu?
Setelah saya ketahui mereka yang ingin menikah karena cinta. Dibalik itu, mereka ingin lindungan dari seseorang. Mereka ingin jasanya dibalas. Mereka ingin menghindari stigma masyarakat akan perawan tua. Apa itu cinta?

Senin, 04 Juni 2012

Harus pintar, sholehah, sehat, cantik, rajin bantu orang tua, aktif bersosialisasi . .
Tuntutan orang tua yang sangat wajar . .
Posisi mereka yang bisa disebut sebagai investor menuntut keberhasilan dari proyeknya dalam reproduksi dan regenerasi. Dan yang pasti harapan agar sang anak menjadi yang terbaik adalah salah satu visi mereka. Seperti investor pada umumnya, mereka tidak mau rugi selalu ingin untung. Dan tak jarang keuntungan itu ingin mereka dapatkan secara instan. Tanpa peduli adanya proses. Dari sini mereka tendensi mengeksploitasi keadaan baik fisik maupun psikis. Bagi bangsa dan negara pun hal tersebut dinilai positif serta disuport. Dengan berkedok pembangunan dan kemajuan bangsa. Dari sini muncul tanya, apa iya, setelah "kami" berhasil menjadi pintar, sholehah, rajin bantu orang tua, aktif bersosialisasi, bangsa ini akan terbangun dan maju? Sedang telah terpampang kebobrokan dari "mereka" keinginan dari yang instan tersebut.
Apakah mereka tak sadar keterbatasan waktu yang hanya 24 jam?
Apakah mereka tak sadar keterbatasan fasilitas untuk kami?
Apakah mereka tak sadar keterbatasan fisik(takdir) kami?*
Apakah mereka tak sadar halang rintang yang ada?
Belum lagi beberapa laranga . . Dilarang main musik karena haram. Dilarang pacaran karena bahaya. Dilarang pulang malam karena nanti mendapat stigma.
Berangkat dari berbagai pertanyaan itu jujur penulis pribadi merasa kewalahan. Dan berharap mereka dapat instropeksi diri. Serta mengawali semua dengan memberi tauladan terlebih dahulu. Sadarlah semua perlu proses.
*Penting