Jumat, 20 Desember 2013

Sok Suci, Sok Pragmatis, Sok Goblog.. Itulah Sosok Ku.. Masak?

Woooyyoooooooo.. Sudah lama sekali kutinggalkan dunia per-go-Blog-an.. Bosen nih gosipin orang, nyindir orang, atau sok intelek, sok kritis, skeptis, melankolis, dan sespesiesnya.. Jadi sekarang mau apa? Mau tidur lagi atau mau hang out.. NO.. NO.. jadi mau apa? Sepertinya saya mau ke kotak inspirator dulu.. Tau apa itu? Yap, benar sekali, itu adalah toilet.. (sambil bawa lap top)

(Di kegelapan toilet, di atas close set) "Plung.. Plung.." (Ups, bunyi apa itu? Sudah, jangan hiraukan..)

Dalam toilet terdapat sebuah kursi yang ditumpangi sebuah ember berisi air. Posisi kursi yang berada di bawah memiliki fungsi yang cukup signifikan dalam struktur kinerja toilet. Hanya saja, tak jarang saya sering kali melupakannya. Saya hanya terfokus pada ember yang berisi air.. Mengapa? Karena tujuan saya adalah air tersebut.. Tapi di pagi yang diriuhkan oleh mama saya yang sedang mencuci piring, papa saya yang sedang menyiram lantai, adik dan kakak saya yang sedang mengigau, saya tersadar betapa saya seharusnya menghargai kursi tersebut. Ya, di samping tanpa disadari jasa dia begitu besar, dia juga pendiam, dalam artian tidak mengeluh walaupun kinerjanya tidak di hargai, bahkan diacuhan tapi dia ikhlas tanpa mengharap royalti dan pujian. Di imajinasi saya, dia sedang tersenyum menerima tugasnya yang getir. Entah, karena tugas itu adalah hobinya atau pun bukan. Oh, kursiiii aku cinta pada kamu.. (Sepertinya catatan ini sangat tak ada juntrungnya)

(Pindah fokus yuk..) Di dalam ember terdapat air yang menggenang.. Ku coba meraba dan merasakan keberadaan air tersebut.. Ya, Alhamdulillah aku bisa meraba, menikmati lembutnya air.. Dan Alhamdulillah, aku masih memiliki mata yang mampu menangkap spectrum dari air.. Hidup ku yang berlimpah-limpah ini (it's about perspective), memang sudah seharusnya aku bagikan pada mereka yang lebih membutuhkan (katanya, bersyukur itu wajib).. Lalu, perlahan-lahan aku tekan air tersebut kemudian aku lepas.. Terkocaklah genangan air itu.. Seperti inikah yang disebut fluktuatif.. Seperti fluktuatifnya iman ku.. Terkocak hanya karena tekanan sesuatu.. Bagaimana dengan leluhur ku dulu, yang mampu menjaga imannya dari tekanan yang bertubi-tubi? (Sepertinya pondasi mereka sangat kokoh)

Dari kocakan air tadi aku juga belajar, bahwa sedikit apa pun aksi pasti ada hasilnya(ciee.. positifism).. Seperti yang dilakukan oleh tanganku sehingga mengguncangkan air.. Semakin dalam tekanan dan semakin cepat gerakanku, maka gelombang yang dihasilkan oleh air pun semakin banyak jumlahnya(malah jadi fisika).. Dan sebaliknya, ketika tekanan na lemah dan gerakannya pelan, gelombang yang dihasilkan akan sedikit.. Wahaiiii, para AKTIFIS.. Tetaplah bersemangat untuk mengguncang dunia.. HAHAHA..

Santai aja kali, tiba-tiba "AKTIFITAS menabung" ku sudah usai.. Segera ku ambil air dengan gayung.. "Byurrrrr,," Nah, lho... ini namanya mengguncang dunia tapi dengan cara soft.. Lihat aja kondisi air di dalam ember.. Berbeda dari yang awal.. Tapi saya justru mendapat manfaatnya lebih.. Tanpa Mengguncang dunia yang bisa jadi hanya melukai air..

Hah, entahlah.. Ini hanya catatan penghibur di pagi yang LUAR BIASA ini.. Sekaligus, sebagai pengakhir catatan 2013 dan pengawal 2014..

Kamis, 03 Oktober 2013

I Believe, that He Will Hug My Dream

Sebulan belakangan ini, hari terasa sangat cepat berganti.. Sepertinya, Hari Rabu baru saja menyapa dan sekarang iya sudah menyapa kembali. Mungkin Hari Rabu benar-benar mencintai saya hingga tak ingin ada lekang di antara kami. Tapi apa sebab hari Rabu mencintai saya? Apakah benar ia sangat mencintai saya? Atau ini semua hanya umpan belaka? Mari kita selikidi, eh selidiki..
Bulan September adalah Bulan awal saya kembali ke Jawa setelah menjalankan KKN di Papua. Ya, di Papua sudah jelas culturenya sangat berbeda dengan di jawa. Baik dari segi ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Dan culture yang bisa dikatakan signifikan berpengaruh kepada saya adalah culture berleha-leha. Culture leha-leha merupakan sebuah kegiatan tanpa tujuan, yang bisa diselingi dengan kegiatan menggosip, atau kegiatan nyemil, yang pasti orang awam menilainya useless. Culture ini terinternalkan pada saya, mungkin karena ketika saya KKN di periode puasa. Jadi dengan alibi menghemat tenaga agar mendapat pahala, saya pun berleha-leha. Ini dapat menjadi tersangka mengapa hari Rabu cepat kembali. Karena saya kurang produktif, jadi waktu terasa berputar sangat cepat. Sedih rasanya, belum banyak prestasi tapi usia sudah semakin udzur..
Sekarang sudah masuk Bulan Oktober, banyak tugas yang menumpuk, kalau boleh buka-bukaan saya masih ada utang jadi hafidz kepada keluarga, saya masih ada proyek toko Zam-Zam, saya masih ada proyek korsa yang tak kunjung usai, saya masih ada proyek seminar expo, saya harus menyusun proposal skripsi, saya harus mencapai IP 4 untuk semester ini, dan belum ditambah mendampingi adek saya yang sering ikut lomba. Betapa sok sibuknya saya.
Mungkin gambaran konkrit kegiatan bisa dilihat di hari ini, pagi hari saya ada kuliah periklanan jam 07.00 karena sebelumnya saya ada tugas organisasi untuk merumuskan peraturan kantin yang akan diserahkan ke fakultas dan mengisi lembar assesment terpaksa saya tidak mandi langsung pergi ke kampus. Sampai di kampus ternyata kelas kosong. Saya lanjutkan untuk mengirim lomba karya tulis. Setelahnya saya ada janji dengan adek angkatan untuk wawancara usaha gerabah di Kasongan. Di sinilah titik blank saya, pikiran saya sudah ke mana-mana. Sedang fisik saya masih tersenyum di hadapan adek angkatan saya. Saya rasa, semua orang juga pernah merasakan hal yang sama, entah memikirkan masa lalu, atau seperti saya yang memikirkan ke depannya, apa saja yang harus saya kerjakan. Owh ternyata masih ada to do list, yakni kumpul kelompok KKN untuk membuat laporan, menyerahkan peraturan kantin, kuliah, piket sekre, dan mandi. Good.
Cukup sudah, sekarang saya merasa terperosok dalam jurang yang curam dan sungguh terpuruk. Berharap ada yang menghibur tapi sayang justru tugas-tugas, make a deal, and janji-janji pertemuan yang di dapat. Sekarang saya sadar, saya sunggu lemah, hanya butiran debu yang berjuang seperti apa pun tak akan menjadi sosok yang besar. But I believe, that He will hug my dream, truly.

Selasa, 22 Januari 2013

Move On

Sering orang mengatakan, "Move on . ."
Halooo . . ngga semudah membalikan telapak tangan kali . .
Khey, untuk bertuturnya mudah, tapi prakteknya?
Sangat-sangat suuuuliiit . .
Bayangin aja, kita telah berkorban dan udah ngerelain goal orientation tapi hasilnya nihil.
Iya si, penilian bukan dari hasilnya tapi tetep aja ngga rela . .
Maunya si, nerusin dan tetep kukuh  . . mungkin move on bisa diartikan nerusin dan tetep kukuh pada yg gagal agar berubah jd baik.
Apa coba?

Sabtu, 12 Januari 2013

Takyyut

Rasa takut . . Sering orang mengatakan takut hantu . . Atau takut preman . . Takut serangga . . Takut dosen
Bagaimana dengan saya?
Takut . . Mengapa harus takut dengan makhluk-makhluk di atas? Sementara kita tidak melakukan kesalahan? Menurut saya, itu takut buta . . Takut tanpa sebab . . Bukankah kita sama seperti hantu, preman, serangga, dosen? Sama berkewajiban untuk berendah diri karena kita saling membutuhkan. Kita sama memiliki kewajiban dan hak.
Tapi terlepas dari berbagai falsafah di atas, saya sendiri juga sering merasa takut, takut dengan apa? Takut dengan masa depan . . Masa depan yang sulit untuk didiskripsikan. Masa depan yang dapat kita design sendiri, namun kepastiannya kita belum mengetahui. Ya, dengan melihat masa lalu yang penuh dengan masalah yang telah kita lewati. Dan masalah yang sekarang pun sedang kita hadapi. Bagaimana dengan masa depan? Bagaimana bentuknya? Mengapa harus ada masa depan, jika kita hanya mengulang kejadian yang telah terjadi sebelumnya?
Dan ketika saya membuka kitab kepercayaan saya. Ya, hanya inilah yang dapat menenangkan saya. Kitab ini menyuratkan firman Tuhan saya Allah SWT, Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (16:1)
hhe . . Cukup jalani semua dengan ikhlas dan ilmu yang syar'i. Karena usaha kitalah yang ditimbang bukan hasil akhir. Ingat Qada dan Qadar. :)

Jumat, 11 Januari 2013

Halaqoh 1

Selain potensi jasmani dan naluri, manusia juga memiliki akal untuk menjalani hidup. Sejak lahir manusia telah dibekali Allah SWT. ketiga hal tersebut. Dalam holaqo kali ini, akan dibahas mengenai apa itu akal lebih mendalam.
Ketika kita melihat manusia yang terus menerus melakukan kesalahan apakah dia memiliki akal?
Ketika seekor kucing mampu dilatih berulang-ulang hingga dia dapat membedakan mana yang harus dia lakukan dan mana yang tidak seharusnya dia lakukan, apakah dia tidak memiliki akal?
Dikatakan akal sendiri bila empat persyaratan berikut terpenuhi, yakni otak, indra, fakta, dan informasi terdahulu. Jika salah satu dai komponen tersebut tidak dihadirkan, maka tak dapat dikatakan berakal.
Lalu apakah binatang tidak memiliki otak? Tentu punya. Apakah binatang tidak memili indra? Tentu punya. Apakah binatang tidak memiliki fakta? Tentu punya Dan yang terakhir apakah binatang tidak memili informasi yang terdahulu? Juga tentu punya. Lalu apa beda binatang dengan manusia? Apakah tetap akal itu sendiri?
Ya, tetap akallah yang membedakan manusia dengan binatang. Mengapa karena manusia mampu berinovasi, sedangkan binatang hanyamampu mengulang-ulang informasi yang terdahulunya. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Karena manusia dapat mengaitkan antara satu informasi dengan informasi lainnya, dalam artian dapat membandingkan informasi sebelumnya dengan informasi lainya secara kompleks dan komprehensif. Yang kemudian manusia dapat memilih mana cara yang paling menguntungkan. Sedangkan binatang, dia tidak mampu mengaitkan informasi satu dengan informasi lainnnya. Sehingga mereka hanya melakukan aktivitas sesuai dengan kebiasaan.

Pembahasannya berikutnya adalah Qada dan Qadar. Qadar artinya kadar, hal ini yang mencakup keseluruhannya, baik yang menguasai maupun yang dikuasai manusia. Ketika membahas yang menguasai manusia maka ada dua sunatullah(hasil dari perjuangan manusia) dan bagian usia, jodoh, rezeki. Mengenai yang menguasai manusia, bermakna tidak perlu dipertanggung jawabkan oleh manusia. Sedangkan yang dikuasai manusia adalah segala sesuatu yang harus diusahakan manusia untuk mencapai sunatullah, hal ini yang perlu dipertanggungjawabkan oleh manusia. Maka wajib hukumnya kita berilmu dan ikhlas dalam melaksanakannya. Dalam artian tidak dengan begitu manusia bermalas-malasan menanti sunatullah.
Sedangkan Qada adalah ketetapan Allah. Seperti pisau yang tajam, matahari yang panas, malam yang dingin, api yang panas, selimut yang hangat. Nah keteapan ini huumnya mubah, namun tergantun manusia menyikapinya, jika api itu untuk membakar hutan cagar alam maka hukumnya haram. Atau ketika pisau itu digunakan untuk membunuh orang maka hukumnya pun berubah menjadi haram pula.

Kamis, 10 Januari 2013

Dongeng Sebelum Tidur

Malam ini seperti biasa, insomnia mengunjungiku . . Namun dia tidak senidiri . . Dia mengajak kawan kekerasan dan caci maki yang sudah aku kenal lama. Mungkin kalau aku ingat, perkenalan ku dengan kekerasan dan caci maki itu saat usia 7 tahun, saat aku sedang bergurau dengan adik ku. Tapi si tokoh kekerasan tiba-tiba datang lalu salah paham dan emosi menjambak rambut ku, mencaci-maki ku dan menampar adik ku. Entahlah, mengapa dia lakukan itu, dulu aku masih kecil dan tidak tahu seluk-beluk psikologis orang dewasa, salah satunya tokoh ini, yang menilai aku hanya seonggokan sampah yang tak berguna. Dia selalu merasa dirinya yang benar. Hingga melegalkan semua tindakannya, ya walaupun kadang agak aneh.
Kini 20 tahun sudah aku mengenal kekerasan dan caci maki itu. Mungkin bisa ku sebut itu hal yang bodoh, karena tak berguna tapi selalu saja terulang. Seperti tidak ada cara lain saja dalam mengatasi masalah. Dan paling menyebalkan ketika si tokoh kekerasan berkata, "Bagaimana mana esok ketika kamu menjadi Ibu rumah tangga?" Beruntung malam ini yang kena dampratan adik ku, jadi si tokoh kekerasan tidak mendapat balasan, karena karakter adik ku yang lebih memilih berdamai dan berdiam diri. Andai saja aku yang terkena dampratan, bisa jadi si tokoh kekerasan mendadak serangan jantung. Mengapa? Karena aku bukan orang seperti adik ku yang hanya berdiam diri ketika dipersalahkan, sedang si penyalah tidak tahu kondisi detail kita. Atau bahkan merasa dirinya lah yang benar.  Sering si tokoh kekerasan memprotes aku. Tapi jika aku sedang tidak beribadah, sontak aku bantai dan si tokoh kekerasanlah yang memilih untuk mengalah. Lantas, ketika keadaan menjadi hening, dia berucap saya akan pergi jika memang semua tidak dapat menerima ku. Dengan sepihaknya dia menyimpulkan kami tidak menerimanya. Bukankah jiwanya begitu kecil. Ketika masalah diselesaikan dengan kekerasan lalu melarikan diri ketika kalah. Dan untuk jawaban dari pertanyaannya adalah maaf esok saya tidak ingin berumah tangga, bahkan berumah tangga seperti yang anda bentuk. Memangnya hidup hanya untuk berumah tangga, rumah tangga bobrok. Rumah tangga dengan kekerasan. Rumah tangga yang tak mandiri. Mengapa tak kau ciptakan suasana hening? Mengapa tak coba kau pahami dengan mengikuti segala aktivitas kami? Mengapa tak kau coba sabarkan diri? Mengapa kau tak mensyukuri yang terjadi? Mengapa kau terlalu bercita-cita terlalu aneh? Mengapa tak kau coba ikuti terlebih dahulu alur kami dan perkenalkan dirimu terlebih dahulu? Mengapa kau suka dengan pemaksaan? Mengapa tak kau berikan kami kesempatan untuk memahami? Mengapa tak kau arahkan kami dengan kehalusan dan kelembutan? Mengapa harus kami yang bertindak halus dan lembut kepada mu?

Rabu, 02 Januari 2013

Tahun Baru

Detik terus berputar . . Berkeliling mengitari poros jam . . Poros jam yang ku rasa telah membelenggunya . . Detik terus berputar konsisten beriringan dengan alur waktu yang terus berpindah dari masa ke masa . . Tapi apa? Kini detik terdiam . . Sekiranya baterailah yang menenangkannya . . Di mata detik baterai sangat berjasa . . Walau telah usang . . Ya, kembalilah detik berjalan . . Karena baterai baru terpasang . . Perjalanan lalu pun terulang . . Entah sampai kapan . . Sang detik semakin merana . . Mengarungi zaman . . Begitu konstan . . Perlukah detik bertanya kepada jam? Apa yang sebenarnya mereka kerjakan? Apakah semua bermakna? Detik kembali terdiam . . Tak terasa baterai baru pun usang . . Detik merasa kesepian . . Hanya kembali menemukan kesamaan . . Baterai dan jam . . Detik ingin berteriak . . Hingga Baterai dan jam pekak . .