Kamis, 30 Juni 2011

NDANGNDUNG



          Mengapa title di atas NDANGNDUNG? Simak saja kisah berikut ini.
                Senin dan Selasa, 27-28 Juni 2011, PUSPALA (PUSpanegara PecintA aLAm) menciptakan sebuah event super sekali.. Apakah itu? Yaitu pendakian ke Gunung Lawu… Hyasyiiik… Info tersebut saya dapat dari sister Bekicot sehari sebelum kegitan, spontan saya ambil jurus seribu kancing untuk memutuskan, saya ikut atau tidak (kapan selesainya?). Dan saya pun memutuskan bersedia ikut. Sore itu juga saya ikut briefing ke SMA N 5 Yogyakarta. Saat briefing mendapat list barang yang harus dibawa dan merembuk cara agar kami sampai di kaki Gunung Lawu, termasuk alat transportasi, letak dan waktu bertemu. Kesepakatan akhir yang bukan berarti pasti ialah kumpul di SMA N 5 Yogyakarta jam 07.00 No Ngaret, langsung berangkat ke Stasiun Lempuyangan lalu turun di Stasiun Balapan, dilanjut naik bis ke kaki Gunung Lawu.
                Usai briefing, capcus go home and prepare everything I need to climbing.. Maknyuss.. Dapat SMS revisi ke kaki Gunung lawu dengan mobil kumpul jam 08.00 No Ngaret.. Tidur..
                07.00 sudah siap di SMA N 5 Yogyakarta setelah diantar Mama. Bingung ada banyak orang di dalam. Owh ternyata da Pendaftaran Siswa Baru. Pindah lokasi tunggu di WTS. Seiring berjalannya waktu, teman-teman berdatangan. 09.05 sang pelaku utama belum datang dan mobil yang dijanjikan jam 08.00 belum tiba. Perut ku ikut bergejolak. 10.19 sak kabehaning puji niku kagungan ipun Gusti Allah, sang pelaku utama Mas Aan datang. Beuh nunggu tiga jam lebih, sungguh memalukan.. Polosnya aku tidak memprediksikan sebelumnya. Naikin beban ke mobil. Berangkat.
                Sempat lihat orang panen lele di tengah jalan. Hhe.. Maksudnya ada banyak lele orang yang jatuh di tengah jalan.. Dalam perjalanan kami menghidupkan radio.. Ada sebuah lagu yang menarik dan lyric yang sempat saya rekam “Pagi hari ndangndung, siang hari ndangndung, malam hari ndangndung, pokok e ndangndung” (dengan irama rap), sejak inilah saudara-saudara PUSPALA jadi demam ndangndung. Entah apa itu ndangndung. 13.30 iso (Istirahat dan sholat) di Masjid Ash Shodiq kota Solo. Pemandangan di perjalanan dekat Drojokan Sewu, Sub’hanallah, keren abiezz.. Ada banyak kebun dan rumah beratap seng. Bekicot dan aku mengomentari. Suhu disini mulai segar dan dingin sedikit demi sedikit masuk ke ruang hangat mobil.
15.13 sampai diparkiran, istirahat, ambil nafas, senam ringan (pemanasan). 15.39 makan (isi bahan bakar), kami mnyeragamkan menu, yakni soto dan the hangat. Usai makan, kami mengeluarkan barang pendakian dan ke toilet. 17.19 pendakian di awali berdoa dan instruksi dari Mas Afif dan memastikan anggota kami ada 16 orang. 17.25 bertemu dengan basecamp club lain. Sejauh ini pemandangan di dominasi cemara dan medan lumayan terjal dengan alas batu. 17.45 medan berubah menjadi pasir yang didampingi rerumputan tapi landai, ditemukan banyak bangkai pohon. Kata sesepuh, pernah terjadi kebakaran disini. Perjalanan tetap landai dan dijumpai beberapa rintangan pohon yang besar tumbang. Mencoba membantu Bekicot membawakan tenda. Mungkin tenda itu ringan tapi efeknya tetep signifikan. Huft.. Dek Nisa menawarkan bantuan dan aku dengan senang hati menerimanya. (Say thank so much) Beban tenda sudah dialokasikan. Beberapa langkah setelah beban itu pindah dari tiga orang. Saya mencoba toleransi kembali untuk membawanya, tenda benar-benar berefek pada kecepatan langkah saya. Sabar kawan-kawan yang membawa tenda. Di perjalanan mencoba berdampingan dengan sister Bekicot tapi kami berbeda, dan saya lebih dulu disbanding bekicot. 22.47 medan yang sangat terjal dengan bebatuan besar-besar yang harus didaki membuat ku untuk beristirahat lama sambil menunggu my sister Bekicot. Saat istirahat ada kabar anggota kami ada yang mendem. Pingin ikut menolong dan berempati tapi raga ini sungguh tak sanggup lagi. Hellheeerrr… Temen-temen saling memotivasi. Bahkan si bekicot pun sampai nyanyi-nyanyi “We are the champion” di lanjut kata motivasi “Aku harus buktikan, bahwa tidak semua bekicot itu lambat” hyahaha.. Kalau banyak kata sudah basi, para sesepuh selalu bilang “iki bonus ki..” atau “Pokok e ndangndung” Cukup membangun semangat kepuncak. 23.29 Mas Afif sang ketua  menginstruksikan untuk qq(berhenti) dan mendirikan tenda. Namun Mas Aan memotivasi kami untuk lebih semangat lagi karena pos akhir yakni pos lima sudah kelihatan tinggal beberapa langkah lagi. Sambil menunggu yang lain istirahat sebentar sambil menatap langit yang Sub’hanallah.. di atas banyak bintang yang menemani pendakian kami. Something can’t described.. fantastic.. excotic.. campur jadi gado-gado.. Melanjutkan perjalanan kembali aku dapat berdampingan dengan Bekicot. Dia mencoba berjalan kebelakang.. dan saat itu pemandangan tampak berkelap-kelip lampu kota, bagian atas pun berkelap-kelip bintang.. Atas-bawah seperti reflection.
00.11 sak kabehaning puji niku kagungan ipun Gusti Allah, kami sampai di pos 5. Langsung bangun tenda dan masak. Beberpa teman yang lain karena kondisi kurang mendukung memilih untuk tidur. Saya dan Bekicot masak dengan tubuh bergoyang bergaji (menggigil). Masakan matang, kami makan bersama dekat api unggun yang mungil. 02.08 tidur.
Suhu di gunung benar-benar yahuuuud.. 05.06 sadar kembali, kaki tangan sudah beku tapi tetap merasakan dingin yang menusuk tulang dan sum-sum. Si Bekicot menyuruh aku untuk pindah ke tengah biar dapat hangatnya teman-teman. Aku mencoba patuhi. Tapi aku sadar Bekicot juga menggigil jadi aku keluar dari krumunan Herlina, Mbak Nisa dan Dhe Anisa, mengembalikan posisi Bekicot dan mencoba menggerakan badan untuk memanaskan tubuh. Suhu ini sungguh ekstrem. Cuma bisa Dzikir… Mentari pun sedikit demi sedikit menghilangkan dingin yang nakal ini. 06.25 semua telah bangun dan segera packing, sebagian dari kami masak nasi. Nasi belum matang para sesepuh sudah mengajak ke puncak yang jaraknya kurang lebih 3 km. 07.16 kami sampai di puncak. Sub’hanallah, da 5 puncak yang nampak dari sini. Kami foto-foto dan balik ke basecamp untuk kembali turun.
10.14 kami siap turun diawali dengan makan roti dari Mas Oksa. Hore aku dapat banyak… Ketika turun baru sadar kalau pemandangan perjalanan tadi malam sungguh menawan ketika di pagi hari.. Banyak tebing curam dengan berbagai tanaman. Tapi suhu tetap dingin seperti di freezer. Kabut juga mendampingi kami. Ada burung juga ikut meramaikan suasana. Bintang dan lampu kota yang indah tadi malam diganti dengan Indahnya pepohonan. Perjalanan pulang tidak kalah sulit dengan pendakian. Kami harus menahan beban dengan kaki. Terkadang kaki kami sering terpeleset. Lama waktu dapat berdampingan dengan sister bekicot. Namun sempat juga terpisah lalu berdampingan lagi dan gerimis mengiringi langkah kami. Semakin maju gerimis semakin menjdai hujan. Dan kami memutuskan menggunakan jas hujan. Sampai di pos satu istirahat sebentar. Adek-adek ada yang membuat mie. Tapi saya, Bekicot, dan Dhe Nisa memutuskan untuk melanjutkan perjalanan lagi. Dan tak ku sangka terpisah dengan mereka ingin menunggu namun daerah cukup suram maka ku percepat saja jalan ku. Hampir sampai parkiran kira-kira 1 km bertemu dengan orang membawa kayu, ular mati, dan celurit… upz,.. dag… dig.. dug… Pikiran kemana-mana.. Tapi tetap stay cool.. Dan menyapa bapak itu.. Dan Bapak itu menjawab sapaan dengan tersenyum.. fyuuuhh.. hhe.. Rasa lega diiringi lantunan Adzan yang menggema kemudian sampai di parkiran ada Mas Ata. Seperti disambut ja.. hhe.. Langsung ke toilet dan mandi.. Selesai mandi ketemu Bekicot.. Nemenin Bekicot mandi, sholat, dan makan.. Saat di warung aku cerita tentang orang misterius yang aku temui, si Bekicot bilang Bapaknya mau cari rumput, dikarenakan ketika Bekicot bertemu, Bapak tersebut sedang memotong rumput dengan celuritnya. Hhe.. Hebring sendiri.. 16.45 kembali ke Yogya naik mobil yang sempat bikin mual. Hehe..

Berikut ini tertanda oleh kami(Mas Farhan, Mas Oksa, Mas Ata, Mas Mwoel, Mas Afif, Happy, Rifan, Bima, Rosied, Zark, Lisnan, Herina, Anisa, Nisa, Rozan, Gaiety)..