Jumat, 02 Mei 2014

Nikala Wali Murid Ngendika.. #SyndromHARDIKNAS

Pernah suatu saat saya berkunjung pada rumah salah satu adik didik saya. Tujuan utamanya untuk mengajar. Namun, siapa sangka adik didik saya ternyata sedang tidak siap untuk belajar. Maka, jadilah saya berbincang-bincang dengan wali murid tersebut. Obrolan-obrolan ringan saja. Mulai dari profil adik didik saya, profil saya sendiri, hingga ke karakter pengajar yang baik. Di tengah perbincangan, sang Ibu berkata bahwa beliau lebih menyukai pengajar Mas XXXX, sebabnya adalah dia tidak hanya pintar dan jelas dalam menerangkan tapi juga berbudi luhur. Dari Mas XXXX pun si Ibu melihat adanya sebuah keprihatinan dalam memperjuangkan hidup. Mas XXXX memang patut untuk dicontoh. Dan bahkan Kakak dari adik didik saya pun turut memujinya dan meniti adiknya agar meniru Mas XXXX.
Sepintas saya mencoba merefleksikan pada diri saya sendiri. Haloooooo.. Jauhnyaaaaaaa perbedaan antara saya dengan Mas XXXX. Pintar? Entahlah saya sendiri hingga detik ini masih belajar. Jelas dalam menerangkan? Itu juga saya belum bisa menilai diri saya seperti apa, yang pasti saya tidak pernah mengenyam pendidikan khusus untuk menjadi pengajar. Prihatin? Huft, saya pernah mengajar mengendarai mobil. Jadi, dari sini saya sangat bersyukur sudah mengunjungi adik didik saya yang sedang tidak enak badan. Karena seharusnya saya yang mengajar dan memberikan ilmu. Tapi justru sebaliknya saya mendapatkan masukan yang sangat membangun, yakni mengenai kriteria pengajar yang patut dicontoh menurut keluarga adik didik saya.
Sepulangnya dari rumah adik didik saya, saya masih merenungkan perbincangan yang telah terjadi. Lalu saya teringat kitab Prophetic Parenting karangan Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid yang telah saya beli 2 tahun yang lalu namun hingga kini belum tersentuh. Kemudian dengan bacaan Basmallah saya kaji kitab ini secara perlahan. Benar rupanya, Ada salah satu karakteristik Rasul, tentang ketauladanan dalam mendidik anak agar mampu mempengaruhi akal anak. Hemm.. Sepertinya saya terlambat dalam mentadabburi kitab ini. Hyakakaka..
Baiklah dari sini saya mengikhlaskan untuk meluangkan waktu untuk mengkatamkan kitab ini. Berikutnya saya teringat dengan buku tentang Doktor Kecil Penghafal Al-Quran. Di situ pun ada beberapa metode salah satunya ketauladanan agar anak mampu dengan cepat menghafal Al-Quran,
1.   Motivasi. Berikan motivasi seperti pujian dan reward ketika anak mampu meghafal beberapa ayat.
2.  Jangan memaksa. Sepertinya ini orang dewasa saja tidak suka, apalagi anak kecil yang notabenenya ingin selalu aktif bermain. Ajarkanlah secara bertahap.
3.  Buatlah menyenangkan. Ini dapat berupa games yang menantang dan seru. Sehingga anak-anak merasa antusias dan tidak mudah jenuh.
4.  Ambil yang mudah. Ini ada hadistnya. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam menentukan pilihan antara dua perkara melainkan beliau memilih yang termudah di antara keduanya selama bukan termasuk dosa. Apabila termasuk dosa, maka beliau menjadi orang yang paling menjauhinya. Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam marah untuk dirinya sendiri dalam maslaah apa pun kecuali apabila syariat Allah dilanggar, maka beliau akan marah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Muttafaqun’alayh
5.  Keteladanan. Seperti yang telah disinggung di atas.
So, sebaiknya saya perbaiki diri saya terlebih dahulu, Sebelum memperbaiki dan menyuruh orang untuk menjadi lebih baik.


Hemm, great meeting.. ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar