Usia ku semakin menua.. Dan begitu juga dengan kalian.. Aku hanya bisa berderap gempita mendobrak ketidakberdayaan.. Menghadapi semua ujian dan cobaan.. Mencoba tetap sabar, tulus, lembut, dan penuh kasih sayang.. Dulu kalian ajarkan aku kemandirian.. Saat aku belum paham dunia.. Aku telah meninggalkan sarang.. Aku mencoba mengenal beberapa sapaan.. Nenek, Tante, Bude, Pade, Sepupu, hingga seorang hakim duda.. Berteman dengan mereka.. Agar dapat melangsungkan hidup ku di dunia.. Tanpa bekal di usia ku ke empat.. Tapi ini atmosfer yang sungguh menyenangkan.. Kalian tepat memilihkan aku lingkungan Semarang.. Di sini, aku belajar akan nilai keluarga.. Ya, ketika aku menanyakan kata "Mama dan Papa".. Aku mengerti persaudaraan.. Ketika aku menanyakan kakak dan adek kandung ku di mana? Dan tentang keadilan.. Ketika hak ku sebagai cucu, keponakan, sepupu, dan tetangga lebih terpenuhi dibanding seorang anak dari orang tua yang sibuk bekerja.. haha.. Sungguh, ini nikmat dari Allah yang sangat luar biasa.. Kini, aku pun menjadi seperti kalian yang mencoba mandiri untuk keuangan.. Tenanglah, rumah yang berlimpah.. Mobil di mana-mana.. Cukup motor saja yang aku pilih untuk menemaniku bekerja.. Mungkin sesekali mobil dan rumah aku manfaatkan untuk melayani wisatawan.. Tapi tenanglah, aku akan mengembalikannya seperti semula.. Ingatkah, ketika aku duduk di bangku Sekolah Dasar.. Beberapa puisi ku kirim ke koran.. Dan honor itu aku buat jajan.. Aku menyesal.. Mungkin karena aku belum paham soal administrasi pendidikan.. Kemudian Sekolah Menengah Pertama.. Aku mencoba membayar SPP dengan tabungan uang jajan.. Dan SMA membayar SPP dengan biaya bimbingan juara lomba.. Kini aku kuliah.. Berusaha lebih cerdik lagi untuk membayar SPP dan BOP dengan beasiswa dan bekerja.. Setiap kalian mengatakan, "Sudah ada uang?" Jujur aku merasa direndahkan.. Atau, ketika kalian berkata, "Kalau butuh sesuatu bilang aja.." Tidak Mama.. Tidak Papa.. Aku masih punya dua tangan, dua kaki, otak yang masih sehat.. Bagi ku ini karunia Allah yang sangat luar biasa.. Sebuah modal untuk pengusaha sukses bermasa depan cerah.. Aku hanya ingin doa Mama-Papa.. Ya, doa Mama-Papa lah yang aku butuhkan.. Sebagai peringan langkah.. Terima kasih untuk pembelajaran mandiri Mama-Papa.. Jazakumullah.. Timbunan bunga mawar.. Triliunan uang.. Hingga keindahan semesta.. Tak akan mampu menggantikan cinta Mama dan Papa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar