Dulu seorang ibu rumah tangga menggosip bersama tetangga saat menimba air di sumur. Kemudian timba tersebut tergantikan oleh pompa air yang memudahkan kerja para ibu rumah tangga, di sisi lain juga mengikis tradisi menggosip di sumur. Lalu sekarang dengan adanya teknologi, menggosip pun dapat dilakukan walau pelaku dengan pelaku lainnya berbeda negara (internet.-red). Yah, manusia semakin dimudahkan, contoh di atas mungkin dapat mewakili indera telinga untuk sekedar mendengar gosip. Berikutnya saya teringat pada salah satu iklan di televisi mengenai "Makan? Mana sempat? Keburu telat?" Ingat kan dengan quote iklan tersebut. Baiklah, bagaiman jika esok kegiatan makan kita termudahkan oleh teknologi? Teknologi makan mungkin dapat menginovasi sebuah hidangan yang tanpa dimakan pun kita kenyang. Bisa jadi kita makan tidak dengan mulut, tapi cukup dengan otak. Mengapa? Karena sebuah kenikmatan pada makanan dapat terefleksikan pada diri jika tersensor oleh otak. Lalu apa guna mulut? Apa guna usus? Apa guna lambung? And so on . . Mungkin semua untuk sebuah citra bahwa kita adalah manusia. Kalau ngga ada mulut, usus, lambung, kita hantu dong. Haha . . Be fantasy and be crazy. Teringat pula pada dalil, "Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan
(sementara), dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." Kata 'sementara' di dalil ini mungkin diartikan sebuah kefanaan. Mungkin benar adanya . . Dan pembahasan ini bisa sangat luas dan saya mulai berdisko . .
Illich Ivan, 2007, Matinya Gender, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
QS Ghafir [40]: 39
Kuliah Hubungan Internasional, Rabu 26 September 2012.
Illich Ivan, 2007, Matinya Gender, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
QS Ghafir [40]: 39
Kuliah Hubungan Internasional, Rabu 26 September 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar