Satu hal yang menarik perhatian ku adalah design rumah di Kutoharjo. Mengapa? Yuph, karena tanah yang dimiliki cukup luas, namun rumah-rumah yang didirikan selalu kurang dari setengah tanah yang dimiliki. Dan posisi rumah yang dibangun selalu berada di belakang tanah jadi tembok belakang rumah itu adalah batas tanah yang paling belakang. Hal ini yang membuat rumah-rumah di Kutoharjo selalu memiliki halaman yang luas. Salah satunya rumah Si Mbok. Halaman yang cukup luas dominan hanya di plester atau di konblok. Tapi khusus rumah si Mbok, sebagian halamannya dijadikan kebun. Di kebun si Mbok ada banyak pohon kelapa dan rambutan. Bahkan kata kamu, si Mbok dulu juga berjualan bunga. Nampak, sudah bakat pengusaha mu titisan dari si Mbok. Wkwkwk..
Entahlah, apa filosofi dari cara pembangunan ruang tersebut. Sebagai semiolog, saya mencoba meraba-raba.. Mungkin, makna yang ingin disampaikan adalah "Hemat". Mengapa "Hemat"? karena pembangunan ruang tersebut tak terlepas dari makna konsumtif. Ruang yang dibangun tersebut, dalam artian rumah setelah terkonstruksi akan dihuni dan nilainya pun akan susut seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karenanya masyarakat Kutoharjo membangun rumah tidak lebih dari setengah tanah yang dimiliki agar sisa tanah lainnya dapat digunakan untuk hal yang lain. Mungkin untuk parkir motor. Jika tanah masih tersisa luas karena hanya memiliki motor sedikit, ya, sisa tanah tersebut untuk memotivasi agar memiliki motor lebih banyak lagi. Atau seperti si Mbok yang justru menambah income melalui sisa tanah dengan memiliki kebun kelapa yang bisa diambil airnya untuk gula aren dan kebun rambutan yang bisa dijual buahnya, dan tanaman hias untuk dijual.
Dari sini, Saya yakin kalau kamu juga bisa hemat karena keluarga mu telah mengajarkan hemat melalui filosofi rumahnya.. "HEMAT BROOO"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar