Keluarga harus mengetahui dan menyadari
bahwa keharmonisan keluarga sangat
berpengaruh terhadap tingkat kenakalan anak,
dimana keluarga yang broken home,
kurangnya kebersamaan dan interaksi antar
keluarga, orang tua yang otoriter, dan
seringnya terjadi konflik dalam keluarga
cenderung menghasilkan remaja yang
bermasalah (Balsom.1993, h.12).
Dosen Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga IPB Ratna Megawangi
PhD, mengungkapkan hasil studi
menunjukkan bahwa keluarga yang bahagia,
yaitu keluarga yang penuh kasih sayang dan
hubungan antara orang tua dan anaknya baik,
maka sedikit sekali (5%) anak yang
mengalami masalah gangguan psikologis,
sedangkan 95% masalah gangguan psikologis
anak ditemukan pada keluarga yang tidak
bahagia dan hubungan orang tua dan anaknya
buruk(http://www.pikiranrakyat.co.id/hikmah
/Minggu,18 April 2004). Fagan juga
mengatakan faktor sosial ekonomi juga
berperan dalam keluarga, karena kemiskinan
dan kesulitan hidup sering melingkupi
kehidupan keluarga dimana kemiskinan juga
berhubungan erat dengan tingkat stres yang
tinggi dalam keluarga, perilaku kekerasan,
dan akhirnya berpengaruh terhadap kualitas
karakter anak. Keadaan stres dan tekanan
akan berpengaruh negatif terhadap kualitas
pengasuhan anak. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya tindakan kekerasan yang
dilakukan di dalam keluarga, baik kekerasan
suami terhadap istrinya, kekerasan istri
terhadap suaminya dan kekerasan orang tua
terhadap anak-anaknya, setiap saat terjadi
pertengkaran atau percekcokan diantara
anggota keluarga, akan berakibat kehidupan
dalam keluarga tidak ada kedamaian dan
ketentraman (bercerai tidak, harmonis pun
tidak). Suasana kekerasan yang demikian,
akan berpengaruh negatif terhadap
perkembangan jiwa dan kepribadian anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar