Editing by Lelia Sari |
Gaiety S.A. (the beauty of uniqueness)
Kesan pertama terhadapnya dimulai dengan prasangka yang terbangun di kalangan teman-teman tim tentang sebuah hubungan yang dipunyainya dengan sesuatu. Saya sendiri tak terlalu berminat mempertimbangkan hal itu. Saya lebih banyak tertarik terhadap latar belakang dan pengalamannya. Ia seorang mahasiswi sosiologi di kampus kami. Pra pelaksanaan program, tidak terdeteksi sikap dan karakternya karena memang dia tidak banyak komentar terhadap apapun. Tapi pada saat penerjunan ke lokasi KKN, sedikit saya mulai bisa mengenali dan mengagumi karakternya.
Beberapa kali kami sering berkomunikasi, membicarakan banyak hal. Di samping itu, kami memang berada pada divisi yang sama dalam program pemberdayaan ini, ekonomi produksi.
Gaiety anak kedua dari 3 bersaudara (kalo ga salah ingat). Dia punya adik smp, dan kakak perempuan seumuranku. Agak unik mengapa ia memilih sosiologi. Dan lebih unik lagi setelah ia bercerita bagaimana kondisi prodi sosiologi, bagaimana mahasiswanya banyak yang suka akan hal-hal berbau pemikiran, bagaimana kawan-kawannya banyak yang terjebak dalam pemikiran yang mempertanyakan masalah agama, bagaimana cara manusia sosiologi menanggapi sesuatu berdasarkan filosofi dan sisi lain dari perspektif umum (common sense). Agaknya saya sependapat bahwa salah satu factor yang mempengaruhi keunikan cewek satu ini adalah jurusan yang ia ambil.
Ia banyak memikirkan hal yang sama dengan perspektif yang berbeda. Imajinasi yang kian hidup dalam benaknya, menimbulkan manifestasi yang unik dari sikap kesehariannya. Ia pernah bercerita tentang tulisan-tulisan yang pernah ia buat, ia bercerita bahwa tulisannya itu mungkin aneh. Tapi menurutku konsep yang ada pada tulisan yang ia ceritakan padaku sangat unik, segar dan tak terpikirkan olehku. Salah satunya, ia pernah menuliskan tentang kondisi imajiner saat manusia bisa hidup tanpa makan, dan tanpa makanan, dibayangkan olehnya, kondisi dimana manusia bisa kenyang dengan hanya memikirkan makan, lalu perutnya akan kenyang dengan sendirinya. Wow. Pikiran dan imajinasi yang hidup. Itulah keunikan gaiety.
Kekurangan partnerku satu ini adalah ia, kurang berminat menegtahui hal-hal baru yang jelas-jelas bukan tempatnya di sana. Misalnya, memasak. Ia meng-klaim dirinya ga berbakat di bidang itu, maka ia akan selalu mengalami kondisi dimana ia tidak sukses dalam memasak. Barrier untuk mempelajari konsep dasarnya bahkan sudah terbentuk sebelum ia mulai mencoba. Urusan rumah, masih belum menggelitiknya untuk belajar. Satu hal yang lucu dari gadis ini adalah, ia seringkali bercerita tentang kekecewaannya terhadap ibunya, tanpa dia sadari dari caranya bercerita ia bahkan saya lihat lebih mirip dengan ibunya disbanding ayahnya. Heheh, walaupun bagaimanapun kekesalannya pada ibunya, saya melihat ada cinta yang dalam tak tersampaikan dari matanya saat bercerita tentang wanita yang diakui telah melahirkannya.
Satu lagi tentang gaiety yang selalu diakui oleh dirinya adalah, antisocial. Ia merasa sosiolog yang belum sempurna ada untuk sosial. Dia merasa tidak bisa dan selalu kehilangan minat untuk mengenal orang baru. Tanpa dia sadari, banyak yang bilang, bukanlah kekurangannya dia tidak bisa bersosialisasi dengan masyarakat. Beberapa kawannya termasuk saya pun melihat sebenarnya masalahnya bukan bisa atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau. Passion yang besar terhadap dunia sosiolog, sudah barang tentu akan membimbing gaiety menjadi sosiolog andal dalam bidangnya, soon or later. I do believe.
Gaiety tidak takut berbeda. Gaiety hidup untuk dirinya. Gaiety adalah kecantikan dalam keunikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar