Sabtu, 18 Agustus 2012

Judul e Ilang




            Berbagai halang rintang telah kami lalui untuk sekedar merencanakan perjalanan kami (Adis, Gaiety, dan Grace). Dari berbagai ujian di kampus, aktifitas kampus, dan berbagai seluk beluk perkampusan kecuali ayam kampus telah kami atasi dan terwujudlah impian kami. 4 Agustus 2012 kami menuju kota Jepara menggunakan mobil yang berada dalam kekuasan sepupu saya (Say thanks so much to Wildan) hhe . . Di perjalanan melaui kota mu Demak lalu mengutara dan tibalah di Jepara, sering berjumpa dengan masjid-masjid yang sangat berseni yang bisa dilihat dari bentuk arsitektur dan lighting-nya. Tidak hanya masjid, sering pula ditemukan kayu-kayu berseni yang penuh ukiran tanpa rupa manusia dan binatang . . Beberapa puluh menit kemudian, setelah sholat subuh, sesuai dengan intenarary yang diajukan oleh agent, kami tiba di Jepara tepat pukul 06.00 WHS (Waktu Handphone Saya). Namun sungguh kecewa, si tersangka yang menyatakan diri menggunakan baju biru (guide) seharusnya lebih awal tiba di lokasi nyatanya belum tiba. Kami pun menyempatkan diri untuk foto-foto (mengalay ria) di sekitar dermaga. Puas berfoto, kami memilih tempat duduk di sekitar warung tempat berkumpul peserta. Nampak beberapa peserta Cines yang sepertinya sangat siap melaut. Ada pula agent lain yang nampaknya juga memilih warung ini sebagai tempat berkumpul mereka. Iiih waaw . . Melihat peserta agent sebelah ada paklek (bahasa alay kami untuk menyebut bule cakep) –nya jadi berasa ingin pindah agent. (Yakin, si penulis ndeso banget) Hhe . .
            Kriik . . Krrriikk . . Krriik . . Setengah jam telah berlalu, kami berubah menjadi stupa . . Namun tiba-tiba dari kejauhan nampak rerumputan berjalan . . Tapi rerumputan itu semakin mendekat, saya semakin sadar bahwa itu sosok manusia berbaju biru.(peace) Dan jelas sudah, rerumputan itu adalah rambut kriwilnya. Owh sepertinya saya benar-benar jenuh hingga berfantasy terlalu jauh. Hha . . Segera Adis dan saya menghampiri sang tersangka, . . Saya yang sudah menjadi setengah stupa berusaha menampakan wajah charming, sayang sekali sang tersangka hanya membalasnya dengan, “Oh mbayarnya nanti aja, ini intenarary dan snack-nya.” (toeng . .). Kemudian kami masih harus menunggu 2 jam lagi untuk keberangkatan. Untuk mengisi waktu luang saya buka amplop yang berisi intenarary ternyata di dalam juga ada stiker dan keterangan mengenai tempat wisata kami, yuph, KARIMUNJAWA (ngetiknya sambil teriak dan bangga) . . haha . . Cukup setengah jam saya telah selesai membaca semua. Bersyukur ada Papanya Adis yang ikut mengantar kami. Beliau menerangkan beberapa kementakan yang akan terjadi ketika kami di Karimunjawa, lumayan untuk mengisi waktu luang. Beberapa diantaranya: mengenai tanaman langka di Karimunjawa yang mampu menyembuhkan mata minus, berdasarkan pengetahuan Om Sigit selaku Papanya Adis, tanaman ini hanya ada di Karimunjawa, lalu mengenai listrik, mengingat Karimunjawa identik dengan pulau kecil maka listrik akan padam setelah jam sembilan malam, serta mengenai proses berlabuh kami di Karimunjawa berada di Dermaga seperti di Jepara.
            Masa yang kami tunggu pun tiba. Waktu menunjuk pukul 08.29 WHS saatnya berangkat . . 6 jam di kapal memberi kesempatan saya untuk beberapa kali pasang status FB. Hha . . Di saat perut mual, kepala pusing, dan siaga di pinggiran kapal agar ketika luapan muntah keluar bisa terjun langsung ke laut. Haha . . diiringi kencangnya terpaan angin, muncul komplotan lumba-lumba menyapa dan menghibur diri yang sedang mabuk. Lucu lumba-lumbanya lompat-lompat, ada yang ngejar-ngejar kapal juga. . hhe . .
Setelah 6 jam berlalu nampaklah kremen-kremen yang kemudian menjadi Kremenjawa, eh Karimunjawa. Tiba di Karimunjawa, kami disambut supir bis yang telah siap mengantar ke homestay. Menurut saya antara homestay di Yogya dengan Krimunjawa lebih berseni di Yogya. Tiba di homestay kegiatan kami selanjutnya adalah bersih-bersih diri dan istirahat selagi menanti adzan magrib(buka puasa). Allahu Akbar . . Allahu Akbar . . kami segera menuju homestay seberang untuk berbuka. Di homestay ini si Adis menemukan fenomena unique. Sebagai psikolog dia menganalisa seorang anak yang jutek akibat menonton televisi tanpa dampingan orang tua. (bangga punya sepupu psikolog) Haha . . Fenomena anak jutek yang lebih terkonsentrasi pada televisi yang notabenenya menayangkan sinetron dan kisah-kisah fiktif ini juga telah kami temukan di homestay tempat kami menginap. Mereka sangat apatis dengan sapaan kami dan berbagai gurauan kami. Mereka hanya focus pada televise. (kacang . . kacang . .) hha . .
            Mengisi heningnya malam, kami berjalan-jalan ke alun-alun Karimunjawa. Di sepanjang jalan mayoritas permukiman yang ada dijadikan homestay, toko, dan tempat penyewaan diving and snokling tools. Berdasar observasi kami, permukiman di Karimunjawa rata-rata sama besar dan sama bagus serta bisa disimpulkan tidak ada kesenjangan di sini. Di samping itu mengenai relasi masyarakat sendiri dapat dikatakan berupa paguyupan yang mana masih bersifat kebatinan, akrab, permanen, dan non-formal. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan masyarakat yang sering nongkrong bareng di depan rumah. Tidak hanya satu-dua rumah tapi beberapa rumah. Hal ini juga dapat mempertegas bahwa di Karimunjawa sangat minim gap antar si kaya dan si miskin. Kemudian dapat kita prediksikan mengenai keamanan di Karimunjawa yang pastilah aman. Seperti fenomena yang ditemukan oleh Adis, yakni sebuah motor di Karimunjawa diparkirkan tidak hanya tidak dikunci stang tapi kuncinya saja tidak dicopot dari motor. (Awesome) Dan yang lebih mengasikkan di Karimunjawa tidak ada lampu merah. Jadi teringat gagasan Mufty akan kebebasan di mana tidak ada hukum yang mengatur semua tingkah kita, segalanya cukup dengan toleransi dan saling pengertian. Sempet shock saat gagasan Mufty melintas di kepala lalu gagasan itu terrealisasikan. Sebab penulis menilai gagasan itu sangat utopis, di mana hukum tercipta hanya dan hanya jika rakyat di tempat tersebut membutuhkan hukum, jadi ketika masyarakat itu benar-benar sudah aman, sejahtera, gemah limpah loh jinawi ya persentase terhapusnya hukum itu semakin besar. Tapi penulis mengira antara individu dengan individu lainnya pastilah memiliki kebutuhan dan tujuan yang berbeda-beda, yang jadi masalah adalah memanagement antar kepentingan-kepentingan tersebut. Apakah bisa tanpa hukum semua menjadi teratur? Hemm... Sepertinya penulis perlu penilaian baru, tidak hanya dalam memahami fakta tapi juga dalam menentukan tujuan.
            Setelah puas berjalan-jalan, kami kembali ke homestay dan melanjutkan kegiatan tadarus. Mengenai keagamaan di Karimunjawa masih sangat kental. Mungkin konklusi ini dapat kita pilih ketika kita bandingkan dengan lokasi wisata yang sekriteria dengan Karimunjawa, seperti Bali. Di Karimunjawa partisipasi masyarakat mengenai peribadatan sangat militan. Mengingat juga lokasi Karimunjawa yang masih dekat dengan Jepara dan Demak yang kental akan Islam priyayinya. Dan mengingat juga sejarah dari Pulau Karimunjawa snediri.
            Paginya karena ada beberapa miskomunikasi dengan guide kami. Maka kami tidak mendapat sahur. (hufft . .) Kami pun memutuskan kembali tidur. Kemudian saya disadarkan kembali oleh Adis dan Mbak Grace, segera saya mempersiapkan diri untuk kegiatan selanjutnya, yakni snorkling. Di pagi ini kami tersadar akan ketidakberadaan listrik di Karimunjawa. Kata Ibu homestay listrik mengalir pukul 18.00-06.00. Yah, pernyataan dari Om Sigit tereksekusi nih . . hhe . . Jam 08.00 kami dijemput guide kriwil kami. Menuju ke dermaga dan tekketekketekkketekk . . Kapal kami melaju menuju Pulau Menjangan Kecil. Awalnya masih ribet sendiri dengan perlengkapan kami. Kemudian mulai enjoy dan snorkeling jauh-jauh, hingga salah satu guide menghampiri dan berkata, “Jangan jauh-jauh Mbak . .” (Maaf saya hiperfantasy hingga tidak sadar terlalu jauh bersnorkling) Diseret deh sama Bang guide. Haha . . Selanjutnya menuju pojok Pulau Karimunjawa. Di sini yang spesial pohon kelapa miringnya. . Mulai lah kami sunbath tanpa sadar. .hheerrrrr . . Setelah berfoto-foto dan kulit mendadak kusam kami cuss lagi ke Spot Gosong. Di spot gosong kegiatan kami ber-snorkling lagi. Tapi saying si Adis dan Mbak Grace tidak turut bercengkrama dengan ikan-ikan. Si Adis beralasan ombaknya terlalu besar, sedang Mbak grace sendiri mabuk. Jadilah saya ber-snorkling sendiri. Tujuan berikutnya Pulau Cemara Besar, sepertinya tidak begitu menggosongkan karena kami tiba di Pulau Cemara Besar ketika matahari hampir terbenam, justru gosong ketika di perjalanan dari pojok Pulau Karimunjawa ke Pulau Cemara Besar dengan goyangan-goyangan ombak . . yang menimbulkan efek mual pada Mbak Grace dan saya. Haha . . Di Pulau Cemara Besar Mbak Grace tersungkur di kapal tak ada sedikit pun minat untuk menikmati Pulau Cemara Besar. Saya sendiri juga mual tapi lebih memilih turun ke Pulau Cemara Besar dengan Adis dibanding pasrah bersama kapal yang terhuyung-huyung oleh ombak. Di Pulau Cemara Besar, angin semakin mengancam saya untuk menggila. (Diiiiiiinggiiiiinn banget euy) so saya pilih pecicilan kesana-kesini mengeksplorasi Pulau Cemara Besar yang menurut pengukuran saya hanya bekisar 24x30m, mungkin kalau kita cari di google map tidak terdeteksi. Hhe . . Ketika saya sibuk pecicilan, saya tersadarkan si Adis tengah sibuk mbribik dengan salah satu guide. Buahaha . . Tapi dari mbribikan si Adis, kami jadi dapat info yang cukup krusial, seperti keberadaan institusi pendidikan serta suku yang ada di Karimunjawa, ya kendatipun itu juga bisa dicari di google tapi itu sebagai pengklarifikasian di lapangan. Hhe . . Beberapa waktu kemudian tubuh saya lumayan menghangat, saya pun telah menemukan excellent object untuk diajak foto bersama, yakni bintang laut yang besar dan indah. Tadinya sempet nemu ikan pari tapi ikan parinya pemalu jadi menjauhkan diri dari ku. Haha. . Saat guide kriwil datang, kami pun meminta untuk difoto dengan istana pasir serta bintang laut.
            Setelah dari Pulau Gosong, kami kembali ke homestay. Tiba di Pulau Karimunjawa tepat adzan magrib, kami pun memilih warung siomay untuk berbuka. Di warung siomay ketemu guide kriwil, sempat terjadi pertikaian kecil antara Adis dan guide kriwil. Hha . . Si Mbak Grace yang sejak pagi tidak sahur dan di kapal muntah-muntah jadi tidak bisa menerima makanan. (hikz) Sampai di homestay, bersih-bersih, ibadah, dan istirahat.
            Hari ke-3, kami telah sahur di alun-alun, ini kesekian kalinya kami tidak mendapat fasilitas konsumsi dari agent. (selalu berusaha mengikhlaskan) Kapal kami mengawali perjalanan menuju penangkaran hiu. Di sini kami bertemu dengan agent Paklek yang di jepara. Hhe . . Di penagkaran hiu, Mbak Grace dan Adis tidak ikut bercengkrama dengan hiu-hiu. Setelah semua merasa telah dapat menjinakan hiu. Kami bergegas pindah lokasi ke berikutnya. Di Pulau Sepanjang, jujur saya sudah capai dan jenuh. Pecicilan saya pun kambuh. Ketika kami benar-benar telah hitam, kami segera pindah lokasi untuk bersnorkling. Di sini kami foto under water. Dan salah satu dari snorkel ada yang hilang. Lalu kami diwajibkan patungan untuk mengganti snorkel tersebut. (sebel) Selama bersnorkel saya mencoba menikamati dan menyelam hingga dasar laut. Sub’hanallah, warna-warni ikan dan aneka terumbu karang begitu indah. Satu kalimat untuk Bangsa Indonesia, “Maka nikmat Tuhan mu yg manakah yang kau dustakan?” Lalu ke sebuah pulau yang saya kira hanya berukuran 25x7m. Setelah foto bersama kami pun kembali ke homestay, mempersiapkan perjalanan pulang. Dan kisah berikutnya hanya monoton dan mengesalkan karena guide kriwil jadi saya lewatkan saja.
            Sudah bisa mengambil hikmah hilangnya bukan? Coba sebutkan apa saja? Haha . . Hanya yang menghayati yang bisa jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar