Usia 14 tahun, menurut ku usia yang sudah cukup mapan bagi seseorang dalam menilai baik dan buruk. Di usia ini pun aku putuskan untuk mencari jati diri ku tanpa terpengaruh oleh kondisi sekitar. Kendati jati diri terbentuk dan telah melekat pada individu sejak individu tersebut lahir (tidak perlu dicari), dalam artian saya berusaha menentukan segala sesuatu menurut keyakinan saya dan sering kali mengabaikan larangan dari orang lain seperti Orang Tua. Tak jarang saya menjerumuskan diri pada hal yang sebelumnya tidak pernah saya sentuh bahkan saya lirik dikarenakan warning-warning dari Orang Tua.
Baiklah setelah mengarungi beberapa proses kehidupan . . Termasuk pengalienasian diri dari hiruk pikuk kehidupan yang menuntutku untuk terus kerja yang berorientasi uang dan berujung pada kefanaan . . Hingga belajar pada orang yang ahli dalam berbagai bidang . . Di samping sikap liberal ku dengan berbagai fantasiku. Di sini saya mencoba objektif, dalam menjalani semua proses kehidupan, saya memosisikan diri pada keobjektifan, yang mana tidak memihak pada salah satu pihak. Saya belajar ke semua madzab.
Sekarang telah sampai pada kepahaman dan kepastian bahwa Tuhan itu ada . . Ya saya yakin Tuhan itu ada . . Tapi Tuhan apa? Tuhan yang bagaimana? Apakah Tuhan yang diciptakan? Atau Tuhan yang menciptakan dan diciptakan? Atau Tuhan yang menciptakan dan tidak memiliki batasan? Keraguanku pada Tuhan yang diciptakan, ketika aku gelisah dan memohon pada Tuhan buatanku. Apa yang terjadi? Dia membisu dan dia pun mudah untuk ku hancurkan. Lalu aku buat lagi Tuhan, yang kemudian terpikirkan, bagaimana bisa Tuhan yang aku ciptakan bisa menciptakan aku? Sedang dia sendiri aku buat dan hanya membisu ketika aku menangis dihadapannya. Lalu Tuhan yang menciptakan dan tak memiliki batas. Ya, konsep ini begitu abstrak. Tapi aku yakin Tuhan ku memiliki definisi yang jelas mengenai Dirinya, yang patut aku sembah dan yang telah menciptakan aku. Tuhan yang tak memiliki batas, penguasa seluruh alam. Dia tak dapat digambar, hanya memiliki berbagai sifat yang bila ku mengingatnya akan menenangkan hati, menguatkan hati, mencintai, menyadarkan diri, meyakini-Nya, dan mengharapkan-Nya. Dialah Allah.
Tuhan ku hanya Allah SWT. Keyakinanku pada Allah memiliki konsekuensi untuk meyakini firman-Nya (Al-Quran), Rasul utusan-Nya, malaikat, Qada dan Qadar, serta hari akhir. Ini yang telah ditanamkan beberapa tokoh yang mengisi kehidupanku. Sekarang pun saya dengan tegas meyakininya.
Munculah kata "Agama", apakah agama itu? Banyak orang mengatakan bahwa agama adalah hasil kebudayaan, kebudayaan yang dapat berubah terus-menerus seiring perkembangan zaman. Yang kemudian dikatakan keberadaan agama itu hanyalah peradaban usang, kini seiring perkembangan teknologi dan informasi agama tidak diperlukan lagi. Agama harus dimusnahkan. Apakah definisi agama itu dapat dikontekskan pada Agama Islam? Islam hanyalah hasil kebudayaan, kebudayaan dari manusia-manusia, termasuk Al-Quran. Al-Quran dianggap hanyalah ciptaan manusia (Muhammad SAW), termasuk malaikat, Qada dan Qadar, serta hari kiamat. Semua hanya retorika manusia.
Setelah saya renungkan, bagaimana dengan,
وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُواْ
بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُواْ شُهَدَاءكُم مِّن دُونِ اللّهِ إِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan atas apa yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad)—yaitu al-Qur'an—maka buatlah satu surat
(saja) yang semisal dengannya dan ajaklah ahli-ahli kalian selain Allah,
jika kalian orang-orang yang benar. (QS: Al-Baqarah (2) : 23)
Ini merupakan segel dari Al-Quran yang akan kekal hingga akhir zaman. Al-Quran ini suci, murni firman Allah SWT. Dan teruslah mengkaji Al-Quran yang jutaan manusia telah mengakui, bahwa bahasa Al-Quran adalah bahasa paling indah. Kendati pun kita beragama Islam jangan hanya karena keindahan Bahasa Arab.
Yang akan saya bahas selanjutnya adalah keyakinan pada Qada dan Qadar. Secara singkat Qada adalah rencana Allah SWT. sejak zaman azali, sedang Qadar adalah pelaksanaannya. Yang sering terjadi kesalahan ialah ketika seseorang mengatakan Qada dan Qadar adalah takdir yang memang telah dituliskan Allah SWT. pada hambanya, yang mana berimplikasi pada sikap individu yang pasif dan tidak mau memperjuangkan hidupnya. Berikut ini akan dipaparkan mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para ulama berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam :
1.Takdir mua’llaq:
yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh seorang
siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai
cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia
cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian. Dalam hal
ini Allah berfirman: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya: Bagi
manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia. ( Q.S Ar-Ra’d ayat 11)
2.Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh.
Ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit , atau dilahirkan dengan
kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.
Dari ulasan di atas jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala
sesuatu, namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita
tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab
itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan
tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a.
Dengan berdo’a kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada
Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.
Jadi ketika kita lahir pada keluarga yang bermasalah ya disyukuri aja. Mungkin itu adalah yang terbaik untuk kita dan dengan mensyukuri kita akan lebih tenang dan awet muda. Dan hidup adalah pilihan yang setiap pilihan memiliki konsekuensi.
Jadi ketika kita lahir pada keluarga yang bermasalah ya disyukuri aja. Mungkin itu adalah yang terbaik untuk kita dan dengan mensyukuri kita akan lebih tenang dan awet muda. Dan hidup adalah pilihan yang setiap pilihan memiliki konsekuensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar